Pengetahuan Dasar Panahan untuk Anak Sekolah Dasar | CPNS Kutipan
Senin, 05 Maret 2018
Edit
Pengetahuan Dasar Panahan untuk Anak Sekolah Dasar
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Manusia entah sejak kapan mulai memanah, namun berdasar sejumlah buku melukiskan bahwa orang purbakala lebih dari 100.000 tahun yang lalu telah melakukan panahan untuk berburu dan bertahan hidup. Panah adalah “semacam senjata yang berupa barang panjang, tajam pada ujungnya dan diberi bulu pada pangkalnya yang dilepaskan dengan busur, sedangkan memanah adalah melepaskan anak panah terhadap target atau sasaran” (Poerwadarminto, 1996, hlm. 700). Pada tahun 1676, atas prakarsa Raja Charles II dari Inggris, panahan mulai dipandang sebagai suatu cabang olahraga. Kejuaraan nasional panahan pertama kali digelar di Inggris pada tahun 1844 di bawah nama GNAS (Grand National Archery Society).
Di Indonesia organisasi panahan resmi terbentuk pada tanggal 12 Juli 1953 di Yogyakarta atas prakarsa Sri Paku Alam VIII dengan nama Perpani (Persatuan Panahan Indonesia). Perpani pada tahun 1959 mengadakan kejuaraan nasional yang pertama kali sebagai perlombaan yang terorganisir. Setelah terbentuk Perpani, pada tahun 1959 Indonesia diterima sebagai anggota FITA (Federation International de Tir A L’arc) dalam kongres di Oslo, Norwegia. Dengan diterimanya menjadi anggota FITA, maka terbukalah kesempatan untuk mengambil bagian dalam kejuaraan-kejuaraan internasional.
Pemanah pemula dalam latihan panahan harus mengetahui dan mencoba cara memasang tali yang benar pada busur. Cara memasang tali yang benar penting sekali, yaitu agar busur tidak patah dan berada pada posisi yang benar. Terdapat dua cara memasang tali pada busur, sebagai berikut:
1. Metode dorong tarik (push pull)
Metode ini dipakai pada busur yang lurus dan melengkung. Tali dipasang secara tepat di dalam notch (penarik busur atas) dari sisi busur sebelah bawah yang dibiarkan tenang. Tangan yang satu menarik bagian tengah busur keluar, sedangkan tangan yang lain mendorong untuk memaksa sisi busur ke arah bawah. Ketika lingkungan diperoleh, jari harus menyumbat ujung tali dalam notch. “Tali yang sudah dipasang harus diperiksa yaitu dalam keadaan lurus dengan busur” (Barrett, 1990, hlm. 46). Pemanah harus hati-hati dalam menggunakan metode ini, karena jika saat mendorong tidak hati-hati tangan bisa tergelincir, akibatnya busur bisa terbang ke depan dan dapat memukul wajah. Seorang pemanah pemula, “jika mempunyai suatu tarikan busur yang berat dan atau sangat panjang, maka akan mengalami kesulitan untuk menggunakan metode ini” (Williams, 1976, hlm. 47).
2. Metode tindak langkah (step-through)
Metode ini menempatkan sayap bawah di depan salah satu kaki dan tali busur berada di antara langkah kaki lain. Pemanah menarik sayap bagian atas maju di atas paha dan masukkan tali sampai pada ujung sayap. Kelemahan dari metode ini adalah pemanah cenderung sering menarik sayap bagian atas ke arah badan menjadi suatu garis lurus dengan tali busur dan busur melengkung secara alami. Hasilnya tekanan yang tidak seimbang dapat dengan mudah membengkokan sayap. “Bagi para pemanah pemula sering menggunakan metode ini, karena lebih mudah dalam memasukkan tali busur dan tingat keamanannya lebih baik” (Williams, 1976, hlm. 49).
Pemanah selain harus bisa melakukan cara pemasangan tali dengan baik, juga diusahakan berlatih pegangan (grip) yang benar dengan tujuan supaya cepat menuju ke penguasaan teknik. Menurut Barrett (1990: 49-50) bahwa “pegangan yaitu lengan dijulurkan penuh dengan bahu ke depan, sedangkan jempol dan telunjuk memegang busur membentuk ‘V’”.
Untuk menghindarkan jatuhnya busur, lepaskan jari-jari pada tangan dengan sedikit tekanan sisi busur dengan jempol dan telunjuk. Kegagalan untuk mengatur pegangan yang baik dan meluruskan lengan busur secara tepat, akan mengakibatkan kesalahan membidik yang serius.
Teknik memanah yang tepat dan benar sangat menunjang pencapaian prestasi panahan yang optimal. Dengan dikuasainya teknik memanah yang tepat dan benar akan memungkinkan keajegan (consistency) gerakan memanah baik dalam latihan maupun kompetisi. Tehnik memanah bagi pemula pada dasarnya ada sembilan langkah, yaitu:
1. Cara berdiri (stance)
“Stance adalah posisi kaki pada waktu berdiri di lantai atau tanah secara seimbang dan tubuh tetap tegak” (Damiri, 1990: 14). Cara berdiri dalam memanah ada empat macam, yaitu:
a. Sejajar (square stance)
1) Posisi kaki pemanah terbuka selebar bahu dan sejajar dengan garis tembak.
2) Pemanah pemula di sarankan untuk mempergunakan cara ini satu sampai dua tahun, selanjutnya baru beralih ke terbuka (open stance).
3) Cara berdiri sejajar mudah dilakukan untuk membuat garis lurus dengan sasaran, namun dalam hal ini perlu diingat, yaitu pada waktu menarik dan holding cenderung badan bergerak.
1) Posisi kaki pemanah membuat sudut 45 derajat dengan garis tembak.
2) Pada saat menarik, posisi badan lebih stabil
3) Posisi leher atau kepala akan lebih relaks dan pandangan pemanah lebih mudah untuk fokus ke depan.
4) Cara berdiri seperti ini dianjurkan untuk pemanah lanjutan, karena pada tarikan penuh akan banyak space room pada bahu.
c. Tertutup (close stance)
1) Pemanah berdiri secara tertutup.
2) Tubuh pemanah membelakangi sasaran.
3) Posisi ini sulit karena leher dan tubuh tidak rileks, sehingga sering tidak digunakan baik oleh pemanah pemula atau pun pemanah lanjutan.
d. Menyamping (oblique stance)
1) Pemanah berdiri dengan kedua kaki menyerong/silang dari garis tembak
2) Pada saat menarik, posisi badan cukup stabil dan kepala rileks.
3) Teknik ini digunakan oleh pemanah lanjutan, karena pemanah pemula apabila menggunakan posisi kaki menyamping masih sulit dalam membuat garis lurus dengan sasaran.
2. Memasang ekor panah (nocking)
Nocking adalah memasukkan ekor panah ke nocking point pada tali dan menempatkan gandar (shift) pada sandaran panah (arrow rest). “Pemasangan anak panah yang benar yaitu bulu indeks menjauhi sisi jendela busur, sedangkan pemasangan yang salah akibatnya anak panah tidak bisa terbang ke arah target dengan baik atau kemungkinan besar jatuh sebelum sampat target” (Damiri, 1990, hlm. 16).
3. Posisi setengah tarikan (set up)
Posisi badan rileks dengan setengah tarikan. Pada saat posisi ini, pemanah sangat penting untuk merasakan agar badan tetap tegak. Pemanah dalam menarik tali menggunakan tiga jari, yaitu: jari telunjuk di atas ekor anak panah, jari tengah, dan jari manis berada di bawah ekor anak panah. Jarak antara jari telunjuk dan jari tengah kurang lebih 1 cm. Pada waktu set up buat satu garis lurus antara bow arm dengan draw arm.
4. Menarik tali (drawing)
Teknik ini dilakukan dengan cara “gerakan menarik tali sampai menyentuh bagian dagu, bibir, dan hidung” (Damiri, 1990, hlm. 21). Pemanah dalam menarik tali dengan irama yang sama, agar posisi badan selalu seimbang. Kemudian pada waktu menarik jangan dibantu dengan badan, tetapi gunakan otot-otot belakang bahu untuk menarik. Posisi yang benar adalah tali yang mendekati dagu atau kepala, sebaliknya kepala pemanah jangan yang mendekati tali.
5. Penjangkaran (anchoring)
Teknik dengan gerakan menjangkarkan tangan penarik pada bagian dagu. Pada waktu anchoring, pernafasan harus dikontrol dengan baik dan tetap konsentrasi. Setelah anchoring, tekanan ke depan dari tarikan ke belakang terus lanjut jangan sampai kendur. Posisi anchoring terdapat dua (2) macam, yaitu: (a) penjangkaran yang tinggi dan (b) penjangkaran yang rendah. Penjangkaran tinggi, dengan ujung jari telunjuk di sudut mulut sehingga ujung jari bertumpu sepanjang bagian bawah tulang pipi. Penempatan jari depan di sudut mulut membantu mengatur anak panah di bawah pandangan mata. Penjangkaran rendah, jari depan bertumpu langsung di bawah tulang rahang sehingga tali berada di garis tengah wajah. Tali menyentuh ujung hidung dan di tengah-tengah dagu. Pemanah banyak mengerutkan bibir dan mencium tali. “Pemanah pemula biasanya menggunakan cara penjangkaran yang tinggi” (Barret, 1990, hlm. 52-53).
6. Menahan sikap memanah (holding)
“Pemanah menahan sikap memanah beberapa saat sebelum anak panah dilepaskan” (Damiri, 1990, hlm. 23). Pada posisi holding, untuk tekanan ke depan dan tarikan ke belakang tetap lanjut. Pemanah dalam posisi holding, jangan dibantu badan untuk menahan beban tarikan busur, tetapi yang dilakukan adalah otot-otot lengan penahan busur dan lengan penarik tali harus berkonsentrasi, agar sikap memanah tidak berubah, tetap merupakan satu garis lurus.
7. Membidik (aiming)
Membidik adalah suatu gerakan mengarahkan alat pembidik pada titik sasaran dan pemanah dalam memegang grip serileks mungkin. Bagi seorang pemanah pemula teknik membidik sering berubah-ubah, hal ini disebabkan karena waktu membidik kadang terlalu cepat dan kadang telalu lambat, sehingga perlu latihan yang banyak agar dapat ajeg. “Penyetingan alat pembidik perlu disesuaikan tidak hanya pada jarak, tetapi pada saat cuaca dingin, panah, dan angin, agar memperoleh target sesuai yang diinginkan” (Damiri, 1990, hlm. 26).
8. Melepaskan anak panah (release)
Release merupakan “suatu gerakan tali busur dengan cara tangan penarik tali bergerak ke belakang menelusuri dagu dan leher pemanah” (Damiri, 1990, hlm. 26). Pada waktu release tekanan pada lengan kiri dan kanan jangan sampai bertambah pada salah satu bagian. Selain itu, jari-jari penarik tali juga harus rileks, agar mendapatkan release yang halus. Pemanah yang release-nya halus, maka setiap arah panah dan speed sama, sehingga terbangnya anak panah menjadi mulus.
9. Gerak lanjut (follow through)
Pemanah selama beberapa detik melakukan gerak lanjut dengan tetapi memberikan tekanan yang sama seperti release. Pandangan mata pemenah juga harus tetap konsentrasi kesasaran tidak beralih ke terbangnya anak panah. Busur diusahakan tetap diam sebelum anak panah menancap di target. Tujuan dari gerak lanjut adalah untuk memudahkan pengontrolan gerak memanah yang dilakukan.
Referensi
Barrett, J. A. (1990). Olahraga Panahan: Pedoman, Teknik, dan Analisa. Semarang: Dahara Prize.
Damiri, A. (1990). Panahan. Bandung: FPOK IKIP.
Poerwadarminto, W. J. S. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Williams, J. C. (1976). Archery for Beginners. Chicago: Henry Regnery Company.