Tari Zapin | CPNS Kutipan
Senin, 29 Januari 2018
Edit
Tari Zapin
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Tari zapin adalah suatu tari tradisional khas Riau yang dianggap sebagai akulturasi budaya Arab dan budaya Melayu. Tarian ini merupakan tari berpasangan yang dipentaskan dalam beragam acara hiburan rakyat. Tidak hanya di Riau, tari zapin juga dikenal oleh sebagian masyarakat Melayu, seperti Kalimantan, Sumatera, Malaysia, Singapura, hingga Brunei Darussalam.
Berdasarkan sejarah, tari zapin bermula dari sebuah tarian khusus bagi kalangan istana di kesultanan Yaman, Timur Tengah. Nama zapin berasal dari kata bahasa Arab zafn yang berarti gerak cepat.
Pada masa perdagangan lintas benua, yakni sekitar awal abad 16, saudagar Arab membawa kesenian ini dan memperkenalkannya pada masyarakat di sekitar Selat Malaka. Tarian ini kemudian mengalami akulturasi dengan budaya lokal melalui penyisipan nilai dan norma Melayu dalam setiap gerakannya.
Setiap gerakan tari zapin sejatinya mengandung nilai-nilai filosofis yang berkaitan erat dengan pola hidup masyarakat Melayu. Awalnya tarian ini hanya sebagai hiburan semata, namun pada perkembangannya tarian ini juga menjadi ikon kemajuan budaya masyarakat Melayu. Kentalnya pengajaran terlahir melalui adanya nilai-nilai pendidikan dan keagaman yang sengaja disisipkan pada syair-syair pengiring tarian ini.
Gerakan tari zapin terbagi atas tiga (3) bagian utama, yaitu gerak pembuka (salam), gerak inti, dan gerak penutup (tahto). Lebih rinci, ketiga bagian utama tersebut terbagi lagi ke dalam 19 gerakan, antara lain gerak hormat pembukaan, gerak sembah, gerak alip biasa, gerak bunga alip, gerak pusing, gerak siku keluang, gerak sud mundur, gerak pecah delapan, gerak sud mundur, gerak pecah delapan, gerak geliat, gerak pusing jadi, gerak tongkah, gerak ayam patah, gerak seribut, gerak pecah delapan sud, gerak minta tahto, gerak tahto, dan diakhiri dengan gerak sembah kembali.
Terdapat dua (2) elemen yang mengiringi pertunjukan tari zapin, yakni tetabuhan alat musik dan syair melayu yang dinyanyikan sebagai pesan moral. Khusus untuk tari zapin yang murni berasal dari budaya Arab, hanya terdapat dua alat musik, yaitu marwas dan gambus. Sementara tari zapin yang telah mengalami akulturasi dan perkembangan kerap ditampilkan dengan iringan orkestra beberapa alat musik, seperti gambus, akordeon, rebana, gendang, gitar, dan marwas.
Adapun untuk syair lagu yang dinyanyikan untuk mengiringi tari zapin adalah lagu-lagu yang diciptakan oleh Tengku Mansor, seperti lagu Ya Salam, Gambus Palembang, Tanjung Serindit, Sri Pekan, Yale-Yale, Lancang Kuning, dan Lancang Dalik. Sebelum lagu yang diciptakan Tengku Mansor ada, tari zapin kerap diiringi oleh lagu-lagu lama, seperti Pulut Hitam, Nasib Lancang Kuning, Bismillah, Lancing Balai, Anak Ayam Patah, Sanaah, Saying Surawak, Zapin Asli, Gendang Rebana, dan lain-lain. Lagu-lagu inilah yang menjadi sumber pesan moral dalam pertunjukkan tari zapin.
Sebelum tahun 1960-an tari zapin sebetulnya hanya boleh dipentaskan oleh para pria secara berkelompok. Namun, seiring perkembangannya, tari zapin memiliki beberapa versi. Salah satu yang paling populer, misalnya versi tari zapin berpasangan antara penari pria dan penari wanita. Pada pertunjukannya, jumlah penari yang ada dalam satu panggung tidak dibatasi.
Penari zapin dirias sedemikian rupa agar tampak menarik, cantik, dan tampan. Busana penari pria mengenakan pakaian adat Melayu yang terdiri atas atasan baju kurung cekak musang, bawahan seluar, plekat, kopiah, songket, dan bros. Sementara para penari perempuan mengenakan baju kurung labuh, kain songket, selendang tudung manto, kain samping, anting-anting, kalung, hiasan kembang goyang, riasan sanggul lipat pandan, dan conget. Semua busana yang dikenakan umumnya memiliki warna cerah, seperti merah, kuning, hijau, atau biru. Sebetulnya tari zapin tidak menggunakan properti apapun dalam pertunjukannya. Namun, kerap kali tarian ini dilengkapi dengan adanya selendang (sampur) yang sering dimainkan penari perempuan untuk memperindah gerakan.
Hingga kini tari zapin masih sering dipertunjukkan terutama ketika ada gelaran acara rakyat, seperti pernikahan, khitanan, atau upacara adat dan kenegaraan.