Siswa Pecinta Alam | CPNS Kutipan
Kamis, 14 Juni 2018
Edit
Siswa Pecinta Alam
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Siswa pecinta alam atau dikenal dengan sispala adalah kelompok pecinta alam yang bernaung di setiap sekolah di bawah pengawasan kepala sekolah atau wakil kepala sekolah bidang kesiswaan.
Sispala sendiri bukan merupakan nama mutlak dari organisasi pencinta alam yang ada di setiap sekolah. Tidak sedikit yang menggunakan nama lain yang telah disepakati oleh kelompok pecinta alam masing-masing sekolah. Sispala sendiri hanya sebutan tidak resmi kelompok pencinta alam tingkat sekolah di Indonesia.
Sispala adalah organisasi yang mampu melahirkan insan sehat secara mental, jasmani, dan rohani. Sispala belum memiliki ikatan secara nasional, yang menjadi kesulitan tersendiri bagi pengembangan sispala dalam menghimpun rencana strategis secara massal.
Konsep pecinta alam dicetuskan oleh Soe Hok Gie pada tahun 1964. Gerakan pecinta alam awalnya adalah pergerakan perlawanan yang murni kultur kebebasan sipil atas invasi militer dengan doktrin militerisme-patriotik. Era pencinta alam setelah meninggalnya Soe Hok Gie, yakni munculnya Kode Etik Pencinta Alam. Era ini menandai munculnya tatanan baru dalam dunia pecinta alam dengan disahkannya Kode Etik Pecinta Alam di Gladian IV, Ujung Pandang, 24 Januari 1974. Kala itu di Eropa sudah mengenal suatu Etika Lingkungan Hidup Universal yang disepakati pada 1972. Pada Etika Lingkungan Hidup Universal terdapat tiga etika yang merupakan prinsip dasar dalam kegiatan petualangan, yakni (1) take nothing but picture (mengambil tidak lain hanya gambar), (2) leave nothing but footprint (meninggalkan tidak lain hanya jejak kaki), dan (3) kill nothing but time (tidak membunuh hanya mengisi waktu).
Pada pelaksanaan kegiatan petualangan terdapat etika dan prinsip dasar yang sudah disepakati bersama. Etika dan prinsip dasar tersebut muncul sebagai rasa tanggung jawab kepada alam. Selain didukung dengan perlengkapan dan peralatan yang memadai, juga dalam petualangan mutlak diperlukan kemampuan yang mencukupi. Kemampuan tersebut adalah kemampuan teknis yang berhubungan dengan ritme dan keseimbangan gerakan serta efesiensi penggunaan perlengkapan. Sebagai contoh, pendaki harus memahami ritme berjalan saat melakukan pendakian, menjaga keseimbangan pada medan yang curam dan terjal sambil membawa beban yang berat serta memahami kelebihan dan kekurangan dari perlengkapan dan peralatan yang dibawa, serta paham cara penggunaannya.
Kemampuan kebugaran yang mencakup kebugaran spesifik yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu, kebugaran jantung, dan sirkulasinya, serta kemampuan pengkondisian tubuh terhadap tekanan lingkungan alam. Selain itu, kemampuan kemanusiawian, menyangkut pengembangan sikap positif ke segala aspek untuk meningkatkan kemampuan. Hal ini mencakup determinasi/kemauan, percaya diri, kesabaran, konsentrasi, analisis diri, kemandirian, dan kemampuan untuk memimpin serta dipimpin.
Seorang pendaki seharusnya dapat memahami keadaan dirinya secara fisik dan mental sehingga ia dapat melakukan kontrol diri selama melakukan pendakian, apalagi jika dilakukan dalam suatu kelompok. Ia harus dapat menempatkan diri sebagai anggota kelompok dan berkerja sama dalam satu tim.
Tidak kalah penting adalah kemampuan pemahaman lingkungan. Pengembangan kewaspadaan terhadap bahaya dari lingkungan spesifik. Wawasan terhadap iklim dan medan kegiatan harus dimiliki seorang pendaki. Ia harus memahami pengaruh kondisi lingkungan terhadap dirinya dan pengaruh dirinya terhadap kondisi lingkungan yang ia datangi.
Kesemuaan aspek tersebut harus dimiliki seorang pendaki sebelum ia melakukan pendakian. Sebab yang akan dihadapi adalah tidak hanya sebuah pengalaman yang menantang dengan keindahan alam yang dilihatnya dari dekat, tetapi juga suatu resiko yang amat tinggi, sebuah bahaya yang dapat mengancam keselamatan.
Adapun janji sispala berbunyi sebagai berikut:
Demi harga diri dan kehormatanku, aku berjanji:
1. Menjalankan kewajiban terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjalankan Pancasila.
2. Menegakan panji perjuangan memberantas segala bentuk pengrusakan lingkungan dan ikut serta dalam menjaga kelestarian hutan.
3. Menolong sesama hidup serta membangun masyarakat.
4. Selalu menjaga nama baik sekolah, keluarga, organisasi, dan pribadi.
5. Patuh, disiplin, mentaati peraturan, dan mentaati janji sispala.
Kode etik sispala, di antaranya:
1. Selalu menjalankan perintah agama dan menjauhi segala larangannya.
2. Mentaati peraturan hukum negara dan menjalankan Pancasila.
3. Mencintai alam dan kasih sayang sesama manusia.
4. Patuh, disiplin, dan tangguh.
5. Hemat, cermat, dan bersahaja.
6. Cerdas, energik, responsif, inovatif, dan adavtif.
7. Disiplin bertanggungjawab berani dan setia.
8. Bersih dari segala kekerasan pengrusakan dan kezaliman.