Teori Respons Butir | CPNS Kutipan
Senin, 23 April 2018
Edit
Teori Respons Butir
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Pada teori respons butir, model matematisnya mempunyai makna bahwa probabilitas subyek untuk menjawab butir soal dengan benar tergantung pada kemampuan subjek dan karakteristik butir soal. Artinya, peserta tes dengan kemampuan tinggi akan mempunyai probabilitas menjawab benar lebih besar jika dibandingkan dengan peserta yang mempunyai kemampuan rendah.
Hambleton, Swaminathan, dan Rogers (1991, hlm. 9) menyatakan bahwa terdapat “tiga asumsi yang mendasari teori respons butir, yaitu unidimensi, independensi lokal, dan invariasi parameter.
Unidimensi berarti bahwa setiap butir tes hanya mengukur satu kemampuan. Misalnya, pada tes prestasi belajar bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), butir-butir yang termuat di dalamnya hanya mengukur kemampuan siswa dalam bidang studi IPA saja, bukan bidang lainnya. Pada praktiknya, asumsi unidimensi tidak dapat dipenuhi secara ketat karena adanya faktor-faktor kognitif, seperti kepribadian, dan faktor-faktor pelaksanaan tes, seperti kecemasan, motivasi, dan tendensi untuk menebak. Oleh karena itu, asumsi unidimensi dapat ditunjukkan hanya jika tes mengandung satu jenis komponen dominan yang mengukur prestasi subyek. Ada beberapa macam cara yang dapat digunakan untuk menguji asumsi unidimensi, yakni analisis nilai eigen dari matriks korelasi interbutir, uji-stout pada uji asumsi unidimensi, dan indeks berdasarkan residual pada penyelesaian unidimensi.
Jika faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi konstan, maka respons subjek terhadap pasangan butir yang independen secara statistik satu sama lain. Kondisi ini disebut dengan independensi lokal. Asumi ini akan terpenuhi apabila jawaban peserta terhadap suatu butir soal tidak mempengaruhi jawaban peserta terhadap butik soal yang lain. Tes untuk memenuhi asumsi independensi lokal dapat dilakukan dengan membuktikan bahwa peluang dari pola jawaban setiap peserta tes sama dengan hasil kali peluang jawaban peserta tes pada setiap butir soal. Dengan kata lain, korelasi antara pasangan butir terjadi hanya jika kemampuan utama yang diukur dengan sekumpulan butir tidak dipengaruhi oleh suatu kemampuan yang tidak dimodelkan atau kemampuan yang mempengaruhi oleh kedua kumpulan butir tersebut.
Invariansi parameter artinya karakteristik butir soal tidak tergantung pada distribusi parameter kemampuan peserta tes dan parameter yang menjadi ciri peserta tes tidak bergantung dari ciri butir soal. Kemampuan seseorang tidak akan berubah hanya karena mengerjakan tes yang berbeda tingkat kesulitannya dan parameter butir tes tidak akan berubah hanya karena diujikan pada kelompok peserta tes yang berbeda tingkat kemampuannya. Menurut Hambleton, Swaminathan, dan Rogers (1991, hlm. 18), “invariansi parameter kemampuan dapat diselidiki dengan mengajukan dua perangkat tes atau lebih yang memiliki tingkat kesukaran yang berbeda pada sekelompok peserta tes”. Invariansi parameter kemampuan akan terbukti jika hasil estimasi kemampuan peserta tes tidak berbeda walaupun tes yang dikerjakan berbeda tingkat kesulitannya. Invariansi parameter butir dapar diselidiki dengan mengujikan tes pada kelompok peserta yang berbeda. Invariansi parameter butir terbukti jika hasil estimasi parameter butir tidak berbeda walaupun diujikan pada kelompok peserta yang berbeda tingkat kemampuannya.
Pada teori respons butir, selain asumsi-asumsi tersebut, hal penting yang perlu diperhatikan adalah pemilihan model yang tepat. Pemilihan model yang tepat akan mengungkap keadaan yang sesungguhnya dari data tes sebagai hasil pengukuran.
Referensi
Hambleton, R. K., Swaminathan, H., & Rogers, H. J. (1991). Fundamental of Item Response Theory. Newbury Park: Sage Publication Inc.