Model Pembelajaran Problem Posing | CPNS Kutipan
Selasa, 06 Maret 2018
Edit
Model Pembelajaran Problem Posing
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Problem posing merupakan salah satu model pembelajaran yang telah lama dikembangkan. Huda (2013, hlm. 276) menyatakan bahwa “problem posing merupakan istilah yang pertama kali dikembangkan oleh ahli pendidikan asal Brazil, Paulo Freire”. Amri (2013, hlm. 13) menyatakan bahwa “pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing mewajibkan siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal dengan mandiri. Sejalan dengan itu, Thobroni dan Mustofa (2012, hlm. 351) menyatakan bahwa “model pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri”.
Berdasar sejumlah pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan siswa belajar melalui pengajuan soal dan pengerjaan soal secara mandiri tanpa bantuan guru.
Penerapan suatu model pembelajaran tentunya harus memiliki langkah-langkah yang jelas, hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kinerja guru dan aktivitas yang dilakukan siswa. Amri (2013, hlm. 13) menyatakan bahwa langkah-langkah model pembelajaran problem posing, sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan materi pelajaran, disarankan menggunakan alat peraga.
2. Guru memberikan latihan soal secukupnya.
3. Siswa mengajukan soal yang menantang dan dapat menyelesaikannya secara berkelompok.
4. Guru meminta siswa menyajikan soal temuan di depan kelas.
5. Guru memberikan pekerjaan rumah secara individual.
Adapun, Thobroni dan Mustofa (2012, hlm. 351) menyatakan bahwa langkah-langkah model pembelajaran problem posing, yakni (1) guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa menggunakan alat peraga untuk memfasilitasi siswa dalam mengajukan pertanyaan, 2) siswa diminta untuk mengajukan pertanyaan secara berkelompok, 3) siswa saling menukarkan soal yang telah diajukan, serta 4) siswa kemudian menjawab soal-soal tersebut dengan berkelompok.
Berdasar sejumlah pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran problem posing adalah:
1. Menjelaskan materi pelajaran dengan media yang telah disediakan.
2. Membagi siswa menjadi kelompok secara heterogen.
3. Secara berkelompok, siswa mengajukan pertanyaan pada lembar soal.
4. Menukarkan lembar soal pada kelompok lainnya.
5. Menjawab soal pada lembar jawab.
6. Mempresentasikan lembar soal dan lembar jawab di depan kelas.
Problem posing adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran secara langsung untuk memberi kesempatan kepada peserta didik dalam menganalisis permasalahan yang ada dengan serangkaian kegiatan-kegiatan yang lebih bermakna. Proses pembelajaran didominasi dengan kegiatan-kegiatan peserta didik yang secara langsung dengan situasi yang telah diciptakan guru. Pada kegiatan tersebut, maka siswa dapat membuka wawasan yang dimilikinya dan memberikan kesempatan yang luas untuk saling berkomunikasi.
Thobroni dan Mustofa (2012, hlm. 350) menyatakan bahwa pembelajaran problem posing memiliki ciri-ciri, sebagai berikut:
1. Guru belajar dari peserta didik dan peserta didik belajar dari guru.
2. Guru menjadi rekan murid yang melibatkan diri dan menstimulasi daya pemikiran kritis peserta didiknya serta mereka saling memanusiakan.
3. Manusia dapat mengembangkan kemampuannya untuk mengerti secara kritis dirinya dan dunia tempat ia berada.
4. Pembelajaran problem posing senantiasa membuka rahasia realita yang menantang manusia kemudian menuntut suatu tanggapan terhadap tantangan tersebut.
Berdasar ciri-ciri yang telah disebutkan tersebut, model pembelajaran problem posing bersifat fleksibel, mengesankan, menganggap peserta didik adalah subjek belajar, membuat peserta didik mengembangkan potensinya sebagai orang yang memiliki potensi rasa ingin tahu, dan berusaha keras dalam memahami lingkungannya.
Thobroni dan Mustofa (2012, hlm. 349) mengemukakan kelebihan dan kekurangan penggunaan model pembelajaran problem posing, sebagai berikut:
Kelebihan:
1. Mendidik peserta didik berpikir kritis.
2. Peserta didik aktif dalam pembelajaran.
3. Belajar menganalisis suatu masalah.
4. Mendidik peserta didik percaya pada diri sendiri.
Kekurangan:
1. Memerlukan waktu yang cukup banyak.
2. Sulit digunakan di kelas rendah.
3. Tidak semua peserta didik terampil bertanya.
Referensi
Amri, S. (2013). Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Huda, M. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Thobroni, M., & Mustofa, A. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.