Penelitian Tindakan Kelas (PTK) | CPNS Kutipan
Jumat, 23 Februari 2018
Edit
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Penelitian tindakan kelas (PTK) atau dikenal dengan classroom action research sejak lama berkembang di negara-negara maju seperti Inggris, Australia, dan Amerika. Jenis penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat indikator keberhasilan proses pembelajaran. Di dalam hal ini McNift (dalam Suyanto, 1997, hlm. 2) memandang “PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri dan hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengembangkan kurikulum, sekolah, dan pengembangan dalam proses belajar mengajar”.
Pada PTK guru dapat meneliti sendiri terhadap praktik pembelajaran yang dilakukan di kelas. Melalui PTK, guru dapat melakukan penelitian terhadap siswa dari berbagai aspek selama proses pembelajaran berlangsung. Guru juga dapat melakukan penelitian terhadap proses atau hasil yang diperoleh secara reflektif di kelas, sehingga hasil penelitian dapat dipakai untuk memperbaiki praktik pembelajaran.
PTK juga dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan. Hal ini dapat terjadi karena setelah seseorang melakukan penelitian terhadap kegiatannya sendiri, di kelasnya sendiri, dengan melibatkan siswanya sendiri, melalui suatu tindakan yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi, guru tersebut akan memperoleh umpan balik yang sistematis mengenai apa yang selama ini selalu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat membuktikan apakah suatu teori pembelajaran dapat diterapkan dengan baik di kelas yang dimiliki. Jika sekiranya ada teori yang tidak cocok dengan kondisi kelas, melalui PTK guru dapat mengadaptasi teori yang ada untuk kepentingan proses atau produk pembelajaran yang lebih efektif.
Berdasar uraian tersebut, PTK secara lebih tegas didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional.
Setiap bentuk penelitian memiliki karakteristiknya tersendiri. Bagi PTK karakteristik yang menonjol adalah dalam hal masalah yang akan diteliti. Masalah yang diangkat dan akan dipecahkan melalui PTK harus selalu berangkat dari permasalahan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. PTK akan dapat dilaksanakan oleh guru jika sejak awal guru menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan produk pembelajaran yang dihadapi di kelas. Jika guru tidak pernah merasa menemui masalah dalam kegiatan pembelajaran, PTK tidak diperlukan. Namun, tidak semua guru dapat melihat kekurangannya sendiri. Persoalan yang muncul kadang kala dianggap sebagai hal biasa sehingga tidak diperlukan perbaikan diri. Oleh karena itu, perlu bantuan orang lain untuk melihat hal-hal apa saja yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlansung di kelas. PTK juga merupakan penelitian tindakan kolaboratif yaitu penelitian yang melibatkan orang lain untuk bersama-sama menemukan dan merumuskan persoalan pembelajaran di kelas. Pada konteks ini guru dapat berkolaborasi dengan dosen, teman sejawat, atau peneliti lainnya untuk melakukan penelitian tindakan kelas.
Tujuan PTK terkait erat dengan keinginan seseorang untuk meningkatkan dan atau memperbaiki praktik pembelajaran di kelas. Penelitian ini selayaknya dilakukan oleh guru, karena guru adalah orang yang secara langsung berhadapan dengan permasalahan-permasalahan yang ada di kelas. PTK merupakan cara strategis bagi guru untuk memperbaiki proses pembelajara di kelas. Hal ini didukung oleh McNiff (dalam Suyanto, 1997, hlm. 5) yang menegaskan bahwa “dasar utama bagi dilaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah perbaikan”. Perbaikan di sini terkait pembelajaran.
Setiap tindakan dalam proses pembelajaran pasti memiliki tujuan. Keberhasilan suatu tindakan dapat diukur dengan melihat manfaatnya. Demikian juga dengan PTK, selain bertujuan meningkatkan dan atau memperbaiki proses pembelajaran di kelas, keberhasilannya diukur dari kemanfaatan tindakan alternatif bagi perbaikan tersebut.
Adapun manfaat yang dapat dipetik dari PTK, mencakup (1) inovasi pembelajaran, (2) pengembangan kurikulum di tingkat kelas dan sekolah, serta (3) peningkatan profesionalisme guru. Pada inovasi pembelajaran guru selalu harus mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajar agar ia mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelas. Guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda-beda setiap tahun. Oleh sebab itu, jika guru mengadakan PTK perlu berangkat dari permasalahan yang dihadapi di kelas dan menghasilkan solusi terhadap permasalahan tersebut. Melalui proses belajar seperti demikian, guru tersebut telah melakukan inovasi pembelajaran. Berdasar aspek pengembangan kurikulum, PTK juga dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru. Guru kelas khusus bertanggung jawab terhadap pengembangan kurikulum tingkat kelas maupun sekolah, PTK akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber masukan. Berdasar aspek profesionalisme guru dalam proses pembelajaran memiliki manfaat yang sangat penting. Guru yang profesional tentu tidak enggan melakukan perubahan-perubahan dalam praktik pembelajaran sesuai dengan kondisi kelas. PTK merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas, untuk selanjutnya meningkatkan ke arah perbaikan secara profesional.
Terdapat empat (4) bentuk PTK, yakni:
1. Guru sebagai peneliti
Pada bentuk ini merupakan bentuk PTK yang memandang guru sebagai peneliti memiliki ciri penting yaitu sangat berperannya guru itu sendiri dalam proses PTK. Pada bentuk ini, tujuan utama penelitian ialah meningkatkan praktik pembelajaran di kelas di mana guru terlibat secara penuh dalam proses perencanaan, aksi (tindakan), dan refleksi. Paba bentuk penelitian ini, guru mencari problema sendiri untuk dipecahkan melalui PTK. Sebaliknya keterlibatan pihak lain dari luar hanya bersifat konsultatif dalam mempertajam atau mencari problema pembelajaran di kelas.
2. Penelitian tindakan kolaboratif
Pada bentuk penelitian ini, PTK melibatkan sejumlah pihak baik guru, kepala sekolah, maupun dosen secara serentak dengan tujuan untuk meningkatkan praktik pembelajaran, menyumbang pada perkembangan teori dan karier guru. Model penelitian kolaboratif ini dirancang dan dilaksanakan oleh satu tim yang terdiri atas guru, dosen, dan kepala sekolah. Hubungan antara ketiga pihak tersebut bersifat kemitraan yang dapat secara bersama-sama memikirkan persoalan-persoalan yang dihadapi untuk diteliti melalui penelitian kolaboratif.
3. Simultan integratif
Tujuan utama penelitian simultan integratif adalah untuk dua hal sekaligus, yakni memecahkan persoalan praktis dalam pembelajaran praktis dan untuk menghasilkan pengetahuan yang ilmiah dalam pembelajaran di kelas. Pada penelitian ini guru dilibatkan pada proses penelitian kelas, tertutama aspek aksi dan refleksi terhadap praktik pembelajaran di kelas. Meskipun demikian, persoalan-persoalan pembelajaran yang diteliti datan dan diidentifikasi oleh peneliti dari luar.
4. Administrasi sosial eksperimental
Administrasi sosial eksperimental lebih menekankan dampak kebijakan dan praktik. Pada pelaksanaannya guru tidak dilibatkan baik dalam perencanaan, aksi maupun refleksi terhadap praktik pembelajaran. Guru tidak banyak memberikan masukan pada proses penelitian ini. Tanggung jawab penelitian sepenuhnya ada pada pihak luar. Pada bentuk ini peneliti bekerja atas dasar hipotesis tertentu, kemudian melakukan bentuk tes dalam sebuah eksperimen.
Pada penyusunan desain dan prosedur PTK perlu dirumuskan terlebih dahulu rencana berdasarkan informasi yang lebih lengkap dan lebih kritis. Empat (4) aspek pokok dalam PTK dijabarkan, sebagai berikut:
1. Penyusunan program
Rencana PTK merupakan tindakan yang tersusun dan dari segi definisi harus prospektif pada tindakan. Rencana tersebut harus memandang ke depan. Rencana itu harus mengakui bahwa semua tindakan sosial dalam batas tertentu tidak dapat diramalkan, dan oleh sebab itu agak mengandung resiko. Rencana harus bersifat fleksibel untuk dapat diadaptasi dengan pengaruh yang tidak dapat terduga dan kendala yang sebelumnya tidak terlihat. Tindakan mempertimbangkan resiko yang ada dalam perubahan sosial di kelas dan mengakui kendala nyata baik yang bersifat material maupun psikologis. Tindakan yang akan dilaksanakan hendaknya dipilih karena memungkinkan peserta didik untuk bertindak secara lebih efektif dalam berbagai keadaan, secara lebih bijaksana, dan hati-hati.
2. Tindakan
Tindakan yang dimaksud adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana. Sehubungan dengan hal itu, praktik diakui sebagai gagasan dalam tindakan, dan tindakan tersebut digunakan sebagai pijakan bagi pengembangan tindakan-tindakan berikutnya, yaitu tindakan yang disertai niat untuk memperbaiki keadaan.
Tindakan dituntun oleh perencanaan dalam arti bahwa rencana hendaknya diacu dalam hal dasar pemikiran, namun demikian perlu diingat bahwa tindakan tersebut tidak secara mutlak dikendalikan oleh rencana. Tindakan itu secara mendasar mengandung resiko karena terjadi dalam situasi nyata dan berhadapan dengan kendala-kendala di kelas maupun lingkungan, yang secara tiba-tiba dan tidak terduga. Oleh karena itu, rencana tindakan harus selalu bersifat tentatif dan sementera, fleksibel, dan siap diubah sesuai dengan keadaan yang ada.
Salah satu perbedaan antara penelitian tindakan dan tindakan biasa adalah bahwa penelitian tindakan diamati. Pelakunya bertujuan mengumpulkan bukti tentang tindakan mereka agar dapat sepenuhnya menilai. Untuk mempersiapkan evaluasi, sebelum bertindak mereka memikirkan jenis bukti yang akan diperlukan untuk mengevaluasi tindakan secara kritis.
3. Observasi
Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Observasi berorientasi ke masa yang akan datang dan memberikan dasar bagi refleksi. Observasi yang cermat diperlukan karena tindakan selalu akan dibatasi oleh kendala realitas dan semua kendala tersebut belum pernah dapat dilihat dengan jelas di masa lalu. Observasi harus direncanakan, sehingga akan ada dokumen untuk refleksi berikutnya. Rencana observasi harus fleksibel dan terbuka untuk mencatat hal-hal yang tidak terduga. Peneliti tindakan kelas harus selalu memiliki jurnal untuk mencatat hal-hal yang luput dari observasi dalam kategori observasi yang direncanakan.
Peneliti tindakan kelas harus mengamati proses tindakan, pengaruh tindakan (yang disengaja atau tidak disengaja), keadaan dan kendala tindakan, cara keadaan dan kendala tersebut menghambat atau mempermudah tindakan yang telah direncanakan dan pengaruhnya, serta persoalan-persoalan lain yang muncul. Observasi harus selalu dituntun oleh niat yang sehat bagi refleksi diri yang kritis. Observasi memberikan tanda tentang pencapaian refleksi. Dengan cara, observasi dapat memberikan andil pada perbaikan praktik melalui pemahaman yang lebih baik dan tindakan yang kritis.
4. Refleksi
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis. Refleksi mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi sosial dan memahami persoalan serta keadaan tempat timbulnya persoalan tersebut. Refleksi biasanya dibantu dengan diskusi. Melalui diskusi, refleksi sampai pada rekonstruksi makna dan memberikan dasar perbaikan rencana. Refleksi bersifat evaluatif. Melalui refleksi peneliti diminta untuk menimbang-nimbang pengalamannya, untuk menilai apakah persoalan yang timbul memang diinginkan, dan memberikan saran-saran tentang cara-cara untuk meneruskan pekerjaan. Ada pula pengertian bahwa refleksi itu deskriptif, yaitu memungkinkan dilakukan peninjauan, pengembangan gambaran tentang apa yang sekarang dilakukan untuk kelompok dan untuk tiap-tiap anggota bertanggung jawab dalam rangka mencapai tujuan.
Referensi
Suyanto (2007). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud Proyek Pendidikan Tenaga Akademik Bagian Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.