Perubahan Lingkungan Fisik oleh Faktor Alam | CPNS Kutipan
Selasa, 19 Desember 2017
Edit
Perubahan Lingkungan Fisik oleh Faktor Alam
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup. Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik. Lingkungan biotik adalah makhluk hidup, yaitu manusia, hewan, dan tumbuhan yang ada di sekitar makhluk hidup. Sedangkan lingkungan abiotik atau lingkungan fisik adalah berbagai macam benda mati yang ada di sekitar makhluk hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan sebagainya.
Lingkungan hidup tempat tinggal manusia dan makhluk hidup lainnya banyak mengalami perubahan. Perubahan lingkungan dapat terjadi karena kegiatan manusia dan kejadian alam. Kegiatan alam, seperti angin, hujan, dan cahaya matahari dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Hujan yang terjadi terus-menerus di suatu daerah dapat menyebabkan banjir. Angin yang bertiup kencang dapat merobohkan pepohonan serta menyebabkan erosi. Cahaya matahari yang terik pada waktu musim kemarau dapat menyebabkan mengeringnya sungai dan sumber-sumber air, serta munculnya titik-titik api penyebab kebakaran hutan.
Lebih lanjut kegiatan alam dapat menyebabkan perubahan lingkungan fisik, sebagai berikut:
1. Hujan
Hujan adalah titik air yang jatuh dari awan ke bumi. Musim hujan di Indonesia terjadi pada bulan Oktober sampai April. Hujan yang turun terus menerus dapat menyebabkan terjadinya banjir. Di daerah yang tanahnya mempunyai daya serapan air yang buruk, bila terjadi hujan terus menerus akan terjadi banjir.
Hujan dapat menyebabkan erosi. Erosi adalah peristiwa pengikisan permukaan tanah, sedimen, atau batuan oleh gerakan air, angin, atau es. Erosi sebenarnya merupakan proses alam. Namun, penggundulan hutan, pertambangan, perkebunan dapat memperparah erosi. Tanah pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan tumbuhan alami. Pengalihan hutan menjadi lahan pertanian meningkatkan erosi. Akar tanaman hutan mempunyai sifat kuat mengikat tanah sedangkan akar tanaman pertanian tidak kuat mengikat tanah.
Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas. Akibatnya, kesuburan tanah menurun. Akibat lain dari erosi adalah bila turun hujan mudah terjadi banjir karena kemampuan tanah untuk meresap air (infiltrasi) berkurang. Selain itu, tanah yang terbawa aliran permukaan akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang mengakibatkan pendangkalan sungai. Hujan deras terus menerus pada wilayah dengan topografi agar miring atau curam juga dapat mengakibatkan tanah longsor.
2. Badai/angin topan
Angin tejadi karena aliran udara dari daerah yang bertekanan tinggi menuju ke daerah bertekanan rendah. Angin yang bertiup perlahan-lahan menimbulkan rasa sejuk. Tetapi, angin yang bertiup kencang dapat menimbulkan bencana. Angin yang bertiup kencang disebut badai atau angin topan. Badai atau angin topan sering melanda sejumlah daerah tropis di dunia termasuk Indonesia. Serangan angin topan dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup, yaitu robohnya bangunan, tumbangnya pohon, merusak daerah pertanian dan perkebunan. Angin yang kencang dapat menyebabkan terkikisnya tanah dan bebatuan. Pengikisan tanah oleh angin banyak terjadi di daerah gurun. Jika angin mengikis pasir dan batu-batuan yang dilaluinya, maka akan membentuk batu cendawan di gurun pasir.
3. Kemarau panjang
Bencana alam ini merupakan kebalikan dari bencana banjir. Bencana ini terjadi karena adanya penyimpangan iklim yang terjadi di suatu daerah sehingga musim kemarau terjadi lebih lama dari seharusnya. Bencana ini menimbulkan berbagai kerugian, seperti mengeringnya sungai dan sumber-sumber air munculnya titik-titik api penyebab kebakaran hutan, dan menggagalkan berbagai upaya pertanian yang diusahakan penduduk.